Senin, 18 April 2011

Tugas translate matkul Regionalisme Asia Tenggara

ASEAN pada periode Perang dingin
ASEAN didirikan melaui Deklarasi Bangkok pada bulan Agustus 1967. Anggota awalnya - Indonesia, Malaysai, Philipina, Singapura, dan Thailand- hadir bersama dalam kepentingan kerjasama regional.Penekanannya  diletakkan pada mendorong stabilitas dan perdamaian antar negara. Diantara tujuan-tujuan yang dideklarasikan, asosiasi ini akan bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan di kawasan dan mempromosikan perdamaian dan stabilitas kawasan melalui penghargaan terhadap keadilan dan aturan hukum dalam hubungan antara negara-negara kawasan dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB. Deklarasi Bangkok adalah dokumen yang cukup dan abstrak, karena tidak mencakup program untuk mentransformasikan objectives ke dalam kenyataan; langkah-langkah nyata bagi kerjasama regional tidaklah ada. Bahkan, isu tentang kerjasama politik tidak disebutkan secara resmi di Bangkok karena dirasakan terlalu cepat untuk membicarakannya secara terbuka sebagai masalah yang sulit. Sebagai gantinya, dokumen pendirian menekankan pada isu-isu yang biasa dan tidak sensitif, termasuk kerjasama ekonomi dan sosial.
Akan tetapi, keamanan regional adalah tindakan pertama para pendiri asosiasi.  Seperti yang Malik tunjukkan kemudian, " pertimbangan keamanan nasional dan regional telah membentuk pikiran pendiri tentang ASEAN secara luas. Asosiasi ini telah memberikan peran politik dan keamanan yang tidak dideklarasikan  karena diharapkan untuk dapat menyediakan struktur negosiasi terhadap isu-isu yang sulit diajukan. Scara signifikan, ASEAN Ministerial Meeting (AMM), terdiri dari pertemuan tahunan lima menteri luar negeri, diperkenalkan sebagai otoritas yang tertinggi. Selama bertahun-tahun,  AMM akan menjadi instrument kunci dialog dimana masalah keamanan dapat didiskusikan secara umum. Hal ini disetujui di Bangkok bahwa standing committe  juga akan didirikan. Hal ini bisa dipimpin oleh menlu negara tuan rumah dan dihadiri oleh dubes negara anggota lainnya. Singkatnya, sruktur ASEAN  mendemonstrasikan perhatian yang diberikan pada hubungan regional. Fokus ini diwariskan dari ASA.
Kerjasama milter telah ditolak pada awalnya karena beberapa faktor. Asosiasi ini berharap agar dapat menghindari reaksi tidak ramah Vietnam dan China dengan mengabaikan posisi resmi anti komunis. Selama pertemuan pelantikan, Menlu Singapura S.Rajaratnam menyatakan bahwa ' mereka yang berada diluar kelompok sebaiknya tidak memandang hal ini sebagai pengelompokan yang melawan apapun, siapapun. Selain itu, partisipan tidak memiliki  kepentingan sumber daya untuk terikat dalam pertahanan kolektif. Sikap keengganan tersebut juga disebabkan oleh perbedaan antar negara. Merasakan ketidakpercayaan dan pendudukan teritorial mempengaruhi sebagian besar hubungan bilateral dan anggota tidak membagi perspektif keamanan yang sama atau persepsi ancaman. Perbedaan berada dengan pandangan pada PRC dan Vietnam dan mereka tidak setuju pada peranan kekuatan eksternal. Dengan pengecualian Indonesia, negara-negara anggota bergantung pada kerjasama pertahanan dengan aktor luar negeri untuk melindungi keamanan mereka. Jakarta memilih susunan autonomi dimana pemain regional bertanggung jawab terhadap pertahanan mereka sendiri.
Seperti organisasi kebanyakan,  ASEAN dihasilkan dari fakta bahwa ASEAN melayani anggotanya secara mendefinisikan  kepentingan. Kepemimpinan Indonesia yang baru ingin memperoleh pemulihan citra di level regional dan internasional. Jakarta bersemangat untuk menghidupkan kembali  kredibilitasnya dan mempengaruhi tetangganya bahwa Indonesia tidak dipandang sebagai ancaman. Bahkan, Indonesia mencoba untuk meyakinkan akses terhadap modal barat dan berharap untuk melihat perwujudan lingkungan yang stabil  yang akan menambah stabilitas politik domestik dan perkembangan ekonomi. Akhirnya, Jakarta berharap agara Asosiasi ini dapat beroperasi sebagai fondasi keamanan yang otonom bebas dari campur tangan luar. Selama pertemuan inagurasi, Malik mendeklarasikan : " Indonesia selalu ingin melihat Asia Tenggara berkembang menjadi kawasan yang bisa berdiri diatas kaki sendiri, cukup kuat untuk bertahan melawan pengaruh negatif dari luar kawasan." Dengan tidak lagi bertindak sebagai kekuatan yang agresif, Indonesia juga mengharapkan negara tetangganya menjadi kurang bergantung pada aktor eksternal untuk memastikan keamanan mereka.
Untuk bekerjasama dengan bekas negara agresor untuk kedaulatan yang baru diperoleh merupakan sebuah resiko kalkulasi Malaysia. ASEAN dipandang di Kuala Lumpur sebagai  sebuah kesempatan untuk  menginstitusionalkan akhir dari konfrontasi dengan Indonesia dan meningkatkan hubungan dengan negara tetangga lainnya. Selama pertemuan inagurasi, Tun Abdul Razak juga lebih memilih aturan regional. Ia menyatakan bahwa "kevakuman yang ditinggalkan oleh penarikan  aturan kolonial  harus diisi dengan pertumbuhan dan perhatian terhadap kekuatan indigenus- jika tidak masa depan kita, secara individual dan bersama, akan tetap mengancam bahaya. Singapura ingin memperbesar identitas Asia Tenggara   dengan mendaftarkan kedaulatannya, walaupun mencurigai motive Indonesia dan Malaysia. Hubungan Singapura dan Malaysia telah dipengaruhi oleh pemisahan Singapura dari Federasi Malaysia pada tahun 1965. Pendirian city-state yang baru, kerap didefinisikan sebagai sebuah negara kecil Cina dalam dunia Malay, ditinggalkan dengan perasaaan yang besar akan kerawanan. Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew kemudian menulis dalam ingatannya bahwa 'Singapura berupaya untuk memahami dan mendukung tetangganya dalam meningkatkan stabilitas dan keamanan kawasan. Sebuah perbaikan hubungan regional juga penting bagi Malaysia dan Singapura dalam pandangan kebijakan Inggris tentang penarikan mundur militer timur terusan Suez yang pertama kali diumumkan pada tahun 1967. Thailand mengharapkan ASEAN untuk terlibat dalam 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar