Jumat, 15 April 2011

US-Indonesia Relations : Cooperation, National Interests, and it’s Challenges


Pada setiap kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang diimplementasikan dalam hubungan bilateral maupun multilateral dengan negara-negara lain khususnya negara-negara yang memiliki pengaruh signifikan dan strategis bagi kepentingan nasionalnya, selalu tercermin sikap, pandangan, nilai, dan tentunya doktrin yang dipegah teguh sebagai pedoman dalam melaksanakan kebijakan sang pemimpin. Sebut saja George W Bush yang identik dengan anti terorisme dan pre emptive strike-nya, doktrin Truman di era post World War II, dan Barack Obama yang mengutamakan soft power dalam kebijakan luar negerinya. Lalu, bagaimanakah pengaruh kepemimpinan Obama terhadap hubungan antara AS dan Indonesia saat ini?
Secara personal sebenarnya Barrack Obama memiliki ikatan yang dianggap “erat” bagi rakyat Indonesia karena ia pernah menghabiskan empat tahun masa kecilnya di Indonesia. Di bulan Novermber rakyat Indonesia dihebohkan dengan kedatangan Obama yang walaupun kurang dari 24jam tapi sangat disambut dengan antusiasme yang luar biasa. Walaupun kunjungan ini sebenarnya tidak terlalu substantive dalam memberikan pengaruh yang besar bagi hubungan kedua negara yang memang semakin erat dalam beberapa tahun belakangan, Obama telah berhasil melakukan sesuatu yang baru dan dapat mempererat hubungan kedua negara yaitu adanya suatu koneksi secara personal.[1] Memang benar bila Obama tidak hanya meraik sebagai presiden kulit hitam pertama AS, tapi juga presiden AS yang pernah tinggal selama empat tahun di Indonesia dan memberikan efek secara personal yang signifikan bagi rakyat Indonesia dalam memandang fenomena ini. Lalu, apakah benar kepemimpinan oBama ini juga memberikan pengaruh yang signifikan bagi kedua negara?
Saya membagi kerjama Indonesia dan AS dibawah kepemimpinan Obama saat ini kedalam tiga bidang : ekonomi, pertahanan dan keamanan (militer), serta pendidikan, karena berdasarkan pengamatan terhadap hubungan kerjasama kedua negara, ketiga hal inilah yang menjadi highlights. Berbeda dengan hubungan di saat pemerintahan George W Bush yang lebih berkonsentrasi pada isu pemberantasan terorisme.
Dalam bidang perekonomian, muncul pertanyaan apakah  peningkatan kualitas hubungan kerjasama ekonomi benar-benar terjadi. Pada tahun 2009, Indonesia memiliki nilai ekspor sebesar $12,9 juta dan impor sebesar $5,1 juta terhadap AS, serta nilai investasi AS di Indonesia sebesar $16 juta.[2] Hal ini masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat kerjasama ekspor impor dan investasi antara Korea Selatan dan AS yang mencapai tiga kali lipat besarnya.[3] Hal ini dinilai masih sangat rendah mengingat hubungan kerjasama Indonesia dan AS terlah terjalin dalam beberapa decade. Kecenderungan ini sebenarnya disebabkan oleh iklim perekonomian Indonesia yang masih marak dengan tindakan korupsi,ketidakefektifan birokrasi yang menghambat iklim investasi, dan juga permasalahan property rights.
Dalam bidang pertahanan dan keamanan (militer), normalisasi hubungan kerjasama militer memang sudah dimulai sejak rezim Bush junior di tahun 2005.[4] Insiden pelanggaran HAM di Timor Timur menyebabkan embargo senjata Amerika Serikat terhadap Indonesia. Hanya saja, hingga saat ini hal ini masih menjadi perdebatan yang panjang, ditambah gagasan Koppasus yang ingin melakukan kerjasam pelatihan militer dengan Indonesia. Akan tetapi, dalam menghadapi isu counter terrorism, Amerika Serikat sangat berperan aktif dalam memeberikan bantuan kepada Indonesia.
Satu hal yang menarik perhatian adalah perihal kerjasama Indonesia dan AS di bidang pendidikan. Seperti apa yang dikatakan oleh Obama dalam kunjungannya ke Indonesia, AS meningkatkan jumlah pelajar Indonesia yang akan menimba ilmu di AS dan juga sebaliknya terhadap jumlah pelajar AS yang belajar di Indonesia. Hal ini menunjukkan komitmen Obama yang ingin memperhatikan bidang-bidang low politics sebagai wujud implementasi soft power.
Sepertinya, bila melihat ketiga poin tersebut, dapat dikatakan bahawa dalam hubungan antara Indonesia dan AS pada realitanya adalah pihak Indonesia memiliki kebutuhan yang lebih akan pemenuhan national interestnya terhadap AS dibandingkan pihak AS terhadap Indonesia khususnya di bidang perekonomian mengingat kondisi perekonomian Indonesia jauh lebih rendah daripada perekonomian AS walaupun sempat diterpa badai krisis financial global di tahun 2008-2009 kemaren. Bahkan, SBY sempat menawarkan “strategic partnership” terhadap AS dan secara halus belum disetujui oleh Obama mengingat masih terdapat beberapa permasalahn internal yang harus dihadapi AS.
Lalu, jika memang benar pihak Indonesia memiliki kepentingan terhadap AS, apakah sebenarnya kepentingan AS terhadap Indonesia? Saya membagi kepentingan AS terhadap Indonesia menjadi dua, yaitu atas dasar Indonesia sebagai negara mayoritas muslim terbesar di dunia dan negara demokrasi ketiga di dunia. Pertama, status Indonesia sebagai negara mayoritas muslim terbesar mungkin bisa menjadi bidikan strategis AS. Mengapa?karena Obama sepertinya menyadari bahwa apa yang dilakukan rezim sebelumnya mengakibatkan buruknya citra AS di negara-negara islam khususnya di kawasan Timur Tengah. Kebijakan terdahulu yang sangat agresif dalam melawan terorisme yang berbasis di negara-negara muslim serta penggunaan hard power yang dominan membuat citra AS menurun di negara-negara muslim. Obama sesuai dengan kampanyenya yang mengedepankan soft power yang dilakukan melalui dialog dan pendekatan-pendekatan tertentu kemudian mengadakan usaha normalisasi citra dan hubungan AS di mata negara-negara muslim. Tetapi, apakah Indonesia benar-benar sesignifikan itu bagi AS mengingat kunjungan pertama AS di negara mayoritas muslim adalah Mesir, baru kemudian Indonesia. Selain itu, Obama juga sempat menunda kedatangannya ke Indonesia karena adanya masalah internal AS perihal undang-undang kesehatan.
Kedua, perihal Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga di dunia. Sudah tidak asing lagi bila AS dikenal sebagai bangsa yang sangat menjunjung nilai-nilai demokrasi dan terus berupaya menyebarkan paham ini ke negara-negara di dunia. Melihat hal ini, maka bisa dikatakan bahwa kunjungan Obama ke Indonesia juga bisa dikategorikan sebagai penghargaan dan bukti bahwa AS telah berhasil menanamkan nilai-nilai demokrasi di negara Asia dan walaupun memiliki mayoritas muslim terbesar. Hal ini menunjukkan salah satu keberhasilah AS dalam menyebarkan prinsip demokrasi di mata dunia.
Setelah mengkaji hal-hal tersebut, muncul pertanyaan, lantas apakah hubungan AS dan Indoensia seimbang atau tidak? Jawabannya sangat relative. Bila dilihat dari status dan posisi Indonesia sebagai negara berkembang dan masih tertinggal dari AS, bisa dikatakan bahwa Indonsia memiliki bargaining position yang lebih lemah dan cenderung bergantung pada AS. Tetapi, secara idealis bila kita ingin mengedepankan nilai-nilai liberalism yang menjunjung kebutuhan akan kerjasama, maka hubungan AS dan Indoensia sebenarnya dalah hubungan timbale balik dan berbentuk simbiosis mutualisme.
 Di bawah doktrin dan kepemimpinan Obama yang lebih soft ini, sebenarnya bukan berarti tidak terdapat tantangan yang signifikan. Baru-baru ini terkuak kasus kebocoaran dokumen rahasia Indonesia di Kedubes AS yang mengkaitkan nama SBY oleh Wikileaks dan diterbitkan ohleh dua harian Australia. Tapi, sepertinya iini tidak begitu menggangguhubungan kedua negara sejauh ini. Hubungan Indoensia dan AS terjadi dalah rentang waktu yang panjang dan multidimensional, sehingga sangat memungkinkan hadirnya tantangan-tantangan yang  harus dihadapi sengan seksama dan penuh pertimbangan agar tidak memberikan dampak negative bagi hubungan kedua negara.
 Melihat berbagai fenomena yang terjadi dalam hubungan AS dan Indoensia di masa Obama, saya menyebut hubungan keduanya sebagai hubungan simbiosis mutualisme yang pasang surut. Keduanya sama-sama memiliki kepentingan satu sama lain, akan tetapi berbagai hambatan dan tantangan membuat pola hubungan keduanya menjadi pasang surut.



Daftar Pustaka
·         Bayuni, Endy. Asia Psific Bulletin : President Obama adds personal touch to US-Indonesia Relations.East western center, USA.
·         Lohma, Walter, 2010. Real Economic Ties Should Underpin U.S.–Indonesia Partnership. The Heritage Foundation, USA.
·         Nelson, Bradley, US-Indonesia Relations in Obama Era, The Jakarta Post edisi 27 Maret 2011
·         Tempointeraktif, 2005, Amerika Cabut Embargo Militer atas Indonesia, dalam http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/11/23/brk,20051123-69573,id.html
·         VOA News, 2010 President Obama in Indonesia, diakses dalam



[1] Endy Bayuni, President Obama adds personal touch to US-Indonesia Relations. Dalam Asia Pasific Bulletin, hal.1
[2]Walter Lohma, 2010. Real Economic Ties Should Underpin U.S.–Indonesia Partnership.hal.2
[3] Ibid,

[4] Tempointeraktif, 2005, Amerika Cabut Embargo Militer atas Indonesia, dalam http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/11/23/brk,20051123-69573,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar